Pelacakan Aktivitas dalam Kegiatan Belajar: Perspektif Siswa

Rayhan Finn
6 min readSep 3, 2020

--

Big Teacher is Watching….

Dunia pendidikan merupakan bagian dari banyak aspek kehidupan yang terdampak dari pandemi Covid-19. Dengan seruan untuk “di rumah saja” dan meminimalisir kegiatan yang dilakukan secara massal, tidak mengejutkan bila pergeseran aktivitas ke ranah digital meningkat drastis.

Transformasi pendidikan jarak-jauh dalam sejarahnya diwarnai oleh perkembangan teknologi. Mulai dengan memanfaatkan surat pada abad ke-19, memanfaatkan Televisi pada abad ke-20 dan kini di abad ke-21, memanfaatkan Internet. Dengan banyaknya inovasi dan terobosan di bidang teknologi, pendidik bersama ahli teknologi terus berlomba untuk mencoba mengembangkan dunia pendidikan jarak-jauh.

Digitalisasi sistem pendidikan menjadi sesuatu yang tak lagi dapat dihindari, dengan berbagai sistem pendidikan yang memanfaatkan berbagai solusi yang disediakan oleh perusahaan besar seperti Google Classroom, Edmodo, Schoology, Microsoft Teams, dan sebagainya.

Salah satu solusi yang populer dengan sekolah dan perguruan tinggi adalah Microsoft Teams. Dengan berbagai fitur seperti adanya chatroom bersama, video call terintegrasi, dan sistem penyimpanan berbasis cloud, kombinasi fitur-fitur ini menjadikan Teams tampak sebagai solusi yang mutakhir.

Semua fitur tersebut sudah cukup menarik untuk sebuah aplikasi pendidikan, namun ada suatu fitur yang sangat unik: Insight.

Insight merupakan sebuah aplikasi dalam microsoft Teams yang memanfaatkan analitik data (Data Analytics). Analitik data merupakan proses pengolahan data yang telah dimasukkan oleh pengguna (baik sadar maupun tidak) menjadi suatu kesimpulan yang mudah dibaca dan dipahami, melalui grafik, tabel, figur, dan lain-lain. Insight menambah dari analitik itu dengan data yang lebih rinci dan individual, termasuk pelacakan aktivitas dan kegiatan.

Apa saja yang dilacak?

Informasi yang dapat dilihat oleh guru dengan Insight. Gambar: Microsoft

Berdasarkan informasi yang tersedia dari Microsoft, data yang dikoleksi terbagi ke beberapa kategori, di antaranya:

Gambar: Ninok Eyiz
  • Digital Activity/Aktivitas Digital: Aktivitas digital meliputi hampir seluruh kegiatan siswa di dalam aplikasi Teams dan durasinya. Aktivitas dalam konteks ini seperti apakah siswa telah membuka materi yang diupload, apakah siswa telah membuka group chat, apakah siswa mengikuti perintah guru untuk aktivitas dalam Teams saat itu, dengan rincian kapan siswa melakukan aktivitas tersebut.
Gambar: Microsoft
  • Assignment/ Tugas: Tugas dalam hal ini mengumpulkan data tentang berapa banyak yang mengumpulkan tugas, berapa yang telat mengumpulkan, berapa lama yang dibutuhkan siswa untuk mengumpulkan tugas sejak diumumkan, serta data nilai.
Gambar: Microsoft
  • Communication Activity: Aktivitas sosial seperti mengirim pesan, react siswa terhadap pesan guru, balasan siswa terhadap pesan
Gambar: Microsoft
  • Meeting: Presensi di meeting dan video call

Data yang terkumpul dapat kemudian dibaca berdasarkan rentang waktu dalam satu hari, berapa lama siswa tersebut melakukan aktivitas tertentu, dan berapa lama siswa tersebut aktif secara individual. Dengan Insight, guru dapat melihat apa saja yang dilakukan siswa dengan rinci dan melacak aktivitasnya selama dalam teams.

Adanya informasi yang tersedia bagi guru jelas akan menguntungkan guru, sebab guru mendapatkan banyak informasi yang kemudian membantu menentukan kebijakan dalam kegiatan belajar. Meskipun demikian, Microsoft sendiri menyatakan bahwa seluruh informasi tidak memiliki nilai positif maupun negatif; sifat dan implikasi dari informasi yang diterima oleh pendidik sepenuhnya bergantung pada interpretasi masing-masing. Pendidik sendiri yang menyimpulkan apakah data dari insight berarti baik atau buruk.

Sebagai contoh, guru dapat mengunggah materi pada sesi belajar tertentu. Pada platform lain, guru tidak akan mengetahui siapa saja yang benar-benar membuka materi tersebut. Dengan insight, guru dapat dengan mudah melihat apakah materi yang diunggah benar-benar dibuka oleh siswa secara individual dan berapa lama. Informasi ini dapat kemudian digunakan untuk membantu guru dalam menentukan langkah berikutnya, misal sebagai parameter keaktifan suatu siswa atau mengawasi kehadiran dengan rinci. Dapat terlihat siswa mana saja yang benar-benar membuka materi selama sesi belajar dan mana yang hanya membuka sebentar atau bahkan tidak membuka sama sekali.

Melihat Perspektif Siswa

Sebagai siswa, fitur insight sejenak terdengar menyeramkan dan tidak nyaman, dan bagaimana tidak, sudah menjadi naluri sebagai manusia untuk merasa khawatir dan risau ketika ditonton oleh orang lain, terlebih jika dengan serinci ini. Apakah siswa benar untuk takut?

Pesan yang muncul ketika guru mengaktifkan Insight

Pertama, Insight merupakan fitur opsional yang hanya diaktifkan oleh guru. Bila guru mengaktifkan Insight, notifikasi penggunaan fitur itu akan selalu muncul di channel yang dapat dilihat siswa. Meski demikian, perlu diingat bahwa pengumpulan informasi oleh Insight akan selalu dilakukan baik diaktifkan atau tidak, sehingga pengaktifan Insight dapat dilakukan kapan saja dan tidak merubah data yang sudah dikumpulkan. Insight dalam hal ini hanya sekedar menjadi moda guru untuk memperoleh visualisasi hasil pengumpulan data tersebut.

Seputar privasi, Microsoft klaim bahwa Insight telah memenuhi 90 standar internasional tentang privasi. Microsoft juga klaim bahwa isi dari pesan, meeting, dokumen dan file tidak dilacak, hanya data numerik dari aktivitas siswa. Jadi siswa tidak perlu mengkhawatirkan aspek privasi.

Setiap gerakanmu diawasi…

Beberapa hal yang perlu diingat, Insight tidak sempurna. fitur data analitik seperti ini hanya dapat koleksi data dengan batasan yang telah ditetapkan. Dalam Insight sendiri, Microsoft klaim data yang diambil hanya berada dalam sistem Teams; Data di luar teams, misal membuka tab browser atau membuka window lain tidak akan bisa dilacak; Nonton netflix sambil membuka materi teams tidak akan terdeteksi.

Hal tersebut dapat menjadi kelemahan bagi pendidik, sebab data yang tersedia dapat saja menjadi cacat dan tidak representatif. Sebagai contoh, seorang siswa dapat saja membuka materi selama 5 menit namun lanjut dengan bacaan dari sumber lain. Hal ini tidak akan diketahui karena informasi yang tersedia terhadap guru adalah “siswa ini membuka materi ini selama 5 menit,” dan sebalikanya siswa yang membuka materi selama 5 jam tidak bisa dinilai secara kualitatif, apakah dia hanya membuka dan melakukan hal lain. Pada akhirnya, bagaimana data terinterpretasi dikembalikan ke guru.

Microsoft sendiri tidak menyediakan informasi parameter suatu data dikoleksi; kita sebagai siswa maupun guru tidak mengetahui syarat sebuah aktivitas kita benar-benar terhitung. Ketiadaan transparansi ini menjadi pedang bermata dua baik untuk siswa maupun guru. Siswa tidak memiliki akses sama sekali untuk melihat hasil dari insight, sehingga tidak mengetahui apakah informasi yang dilacak oleh Insight sesuai dengan realita. Guru dapat melakukan misinterpretasi terhadap data yang diberikan, dan membuat kebijakan yang tidak sesuai dengan realita yang dihadapkan siswa.

Lalu apakah berarti Insight tidak dapat digunakan? Tidak juga. Celah kecacatan data dapat dengan mudah diselesaikan dengan komunikasi antar guru dan siswa mengenai hasil Insight. Guru dapat menyediakan data yang tersedia dalam insight, dan siswa dapat konfirmasi dan klarifikasi data yang terkumpul dengan realita yang dihadapi. Keberadaan insight sendiri, sebagaimana dikatakan oleh Microsoft, tidak memiliki nilai apapun, dan pendidik bisa saja menggunakannya untuk sekedar memberi dampak placebo pada siswa untuk lebih terdorong.

Sebagai siswa, adanya insight jelas akan membuat kita risau, namun hal ini tidak terlepas dari sisi positif yang muncul. Sistem daring menimbulkan banyak masalah baru dalam dunia pendidikan, seperti hilangnya motivasi siswa untuk fokus karena sifat online yang satu arah dan ketiadaan faktor eksternal yang mendorong siswa untuk terus belajar. Insight dan pelacakan aktivitas dapat diinterpretasi menjadi sebuah necessary evil dalam pendidikan daring, yang mendorong kita untuk terus belajar dengan serius.

Dengan demikian, saya merasa alternatif dari Insight untuk mendapatkan hasil yang serupa kurang optimal. Beberapa guru mewajibkan menyalakan kamera ketika kelas berlanjut sebagai bentuk pengawasan, yang tentu akan menyulitkan siswa yang sulit memperoleh koneksi yang baik. Melacaki siswa secara individual juga sulit, karena membutuhkan waktu dan sumber daya manusia yang banyak.

Secanggih-canggihnya teknologi akan percuma tanpa penggunaan yang tepat. Pada akhirnya penggunaan Insight menunjukkan adanya kemauan dari pendidik untuk belajar hal baru dan beradaptasi dengan perkembangan teknologi, suatu hal yang sulit dilakukan terutama bagi pendidik berusia lanjut.

Dan bagi saya, keterbukaan itu patut kita apresiasi.

--

--

Rayhan Finn
Rayhan Finn

Written by Rayhan Finn

Product Design Student from Indonesia — eternally stuck between knowing too little and wanting to learn more

No responses yet